Tragis! Kepala Bayi Putus Saat Persalinan di Tapanuli Tengah, Puskesmas Bantah Malapraktik, Keluarga Tuntut Keadilan

Insiden tragis di Tapanuli Tengah, kepala bayi terputus saat proses persalinan

REKAMAN VIDEO
⚠️ WARNING: KONTEN SENSITIF

TAPANULI TENGAH – Peristiwa memilukan mengguncang masyarakat Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara. Seorang ibu berinisial FJN (38) kehilangan bayinya dalam kondisi tragis: kepala sang bayi terputus saat proses persalinan di Puskesmas Pinangsori, Senin (18/8/2025).

Kasus ini dengan cepat viral di media sosial setelah keluarga korban membagikan kisahnya, menimbulkan kemarahan publik dan tuduhan malapraktik terhadap pihak tenaga medis.

Namun, pihak Dinas Kesehatan Tapteng menegaskan bahwa tindakan medis yang dilakukan sudah sesuai prosedur. Dalam konferensi pers pada Rabu (20/8/2025), Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Tapteng, Lisna Panjaitan, menyatakan bahwa janin sebenarnya telah meninggal dunia sebelum proses persalinan berlangsung.

“Dari pemeriksaan awal, denyut jantung janin tidak terdengar. Keputusan tenaga medis difokuskan untuk menyelamatkan nyawa ibu, sesuai standar profesi dan SOP yang berlaku,” ujar Lisna didampingi Kepala Puskesmas Pinangsori, Achiruddin Hutagalung.

Menurut keterangan resmi, FJN datang ke Puskesmas dengan kondisi tekanan darah tinggi dan tanda-tanda persalinan. Bidan sempat menyarankan agar pasien dirujuk sebanyak 4 kali ke rumah sakit, namun keluarga menolak. Saat persalinan berlangsung, bayi mengalami distosia bahu (kesulitan bahu keluar) dengan perkiraan berat 4 Kg. Tim medis kemudian melakukan manuver penarikan demi menyelamatkan sang ibu. Namun, peristiwa fatal terjadi: kepala bayi terlepas.

TOLAK RUJUK

Lisna menegaskan, sejak awal pihak puskesmas sudah menyarankan agar pasien dirujuk. Alasannya karena tensi pasien yang cukup tinggi.

Namun, pasien dan suaminya justru menolak dan tetap ingin bersalin di puskesmas.

“Iya (salah paham), keluarganya, suaminya juga ada, cuma kami nggak tahu itu keluarga inti apa enggak,” kata dia.

“Namun keluarga menolak mentah-mentah sampai 4 kali juga petugas kami menyarankan rujuk tetap ditolak. Petugas kami bilang kalau ibu bertahan dirawat berarti kami hanya bisa melakukan keselamatan ke ibu dengan cara pemberian tindakan persalinan yang sesuai dengan asuhan persalinan normal,” kata dia.

“Ini seharusnya di RS seharusnya operasi untuk mengeluarkan bayi. Itu keterangan bidan kita,” jelas dia.

Lisna menuturkan, pasien dan keluarganya juga telah menandatangani sejumlah formulir yang menjelaskan kesepakatan atas tindakan yang diberikan.

“Kami sangat berempati kepada keluarga. Namun secara medis dan medikolegal, tindakan tim sudah sesuai prosedur. Kami harap masyarakat tidak langsung menarik kesimpulan dari potongan video viral yang beredar,” tambahnya.

Keluarga Melapor ke Polisi

Berbeda dengan keterangan Dinkes, keluarga korban tetap menilai kejadian ini sebagai kelalaian serius. Irawan, ayah bayi, melaporkan kasus ini ke Polres Tapteng dengan nomor laporan STPL/B/421/VIII/2025/SPKT/RES TAPTENG/POLDASU tertanggal 19 Agustus 2025.

“Saya berharap laporan ini segera ditindaklanjuti. Kepala bayi terputus saat persalinan, dan ini sangat mengecewakan bagi kami,” tegas Irawan.

Kini, kasus tersebut masih dalam penyelidikan pihak kepolisian. Sementara masyarakat menanti kejelasan, kisah tragis ini menjadi pengingat betapa rentannya keselamatan ibu dan anak dalam proses persalinan, serta pentingnya komunikasi antara tenaga medis dan keluarga pasien.
  

About the author

CREEPYROOM
Membahas informasi tentang kejadian kriminal, tragedi, dan berbagai macam peristiwa mengerikan yang terjadi di seluruh dunia.

Posting Komentar