Diduga Dilecehkan Dosen, Mahasiswi Unima Depresi hingga Gantung Diri

Daftar Isi

REKAMAN VIDEO: https://aceimg.com/upload/?f=9e2099374.mp4
*Jika saat diklik mengarah ke situs lain tidak ke video, langsung klik kembali (back) lalu klik ulang linknya untuk melihat video no sensor*


TOMOHON  Seorang mahasiswi Universitas Negeri Manado (UNIMA) ditemukan tewas gantung diri di kamar kos Kaaten, Kelurahan Matani Satu, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa (30/12/2025). Korban diduga mengakhiri hidupnya akibat depresi berat setelah mengalami dugaan pelecehan seksual yang melibatkan oknum dosen di kampus tempatnya menempuh pendidikan.

Korban berinisial EM, mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) UNIMA, diketahui berasal dari Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). EM merupakan mahasiswi semester akhir yang selama ini dikenal aktif dalam perkuliahan.

Kasus ini menjadi sorotan publik setelah beredar luas di media sosial sebuah surat yang diduga ditulis korban sebelum meninggal dunia. Dalam surat tersebut, EM mengungkapkan niatnya untuk melaporkan dugaan pelecehan seksual yang dialaminya kepada pimpinan fakultas.

Surat pernyataan itu ditujukan kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNIMA, Dr. Aldjon Dapa, M.Pd. Di dalamnya, korban memaparkan kronologi dugaan pelecehan yang disebut dilakukan oleh seorang dosen berinisial DM, yang bertugas di fakultas tersebut.

EM menuliskan bahwa peristiwa tersebut terjadi di lingkungan kampus dan memberikan dampak besar terhadap kondisi psikologisnya. Rasa trauma, takut, dan tekanan mental disebut terus menghantui korban sejak kejadian itu.

“Kejadian tersebut masih dalam lingkup kampus FIPP. Dampak yang saya rasakan adalah trauma dan ketakutan. Setiap bertemu DM, saya merasa malu jika ada mahasiswa yang melihat saya naik atau turun dari mobilnya karena bisa menjadi bahan pembicaraan. Saya merasa tertekan dengan masalah ini,” tulis korban dalam surat tersebut.

Pada bagian akhir surat, korban memohon kepada pimpinan fakultas agar permasalahan yang dialaminya dapat ditangani secara serius.

“Saya memohon agar pihak pimpinan dapat menangani masalah ini,” tulis EM.

Setelah kabar kematian korban dan isi surat tersebut viral, gelombang reaksi keras bermunculan dari warganet dan berbagai elemen masyarakat. Publik menyoroti dugaan kelalaian pihak kampus, terlebih karena korban disebut sempat menyampaikan persoalan tersebut kepada dosen pembimbing akademik, namun tidak mendapat tindak lanjut.

“Seharusnya kampus menjadi rumah aman bagi mahasiswa dan sivitas akademika, bukan justru menjadi tempat yang kelam. Jangan biasakan menutupi kasus dengan alasan menjaga nama baik institusi,” tulis sejumlah warganet.

Surat peninggalan korban kini menjadi perhatian serius publik dan dinilai sebagai bukti penting yang harus ditelusuri secara hukum. Desakan agar kasus dugaan pelecehan seksual ini diusut secara menyeluruh dan transparan terus menguat.

Tuntutan tegas juga dialamatkan kepada pihak Universitas Negeri Manado, khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, agar segera mengambil langkah konkret terhadap oknum dosen yang diduga terlibat, termasuk pemberhentian tidak hormat jika terbukti bersalah.

Selain itu, aparat kepolisian didesak untuk menyelidiki kemungkinan keterkaitan antara dugaan pelecehan seksual tersebut dengan kematian korban. Penyelidikan menyeluruh dinilai penting demi mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi korban serta keluarganya.

Kasus ini kembali menegaskan bahwa pelecehan seksual di lingkungan kampus merupakan persoalan serius yang tidak boleh dinormalisasi atau ditutupi. Publik berharap tragedi ini menjadi momentum perbaikan sistem perlindungan mahasiswa di institusi pendidikan tinggi.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Universitas Negeri Manado maupun aparat penegak hukum terkait perkembangan penanganan kasus tersebut.


ISI SURAT




Isi suratnya kurang lebih sebagai berikut: 

SURAT PERNYATAAN

Tomohon, 16 Desember 2025

Perihal: Surat Pernyataan / Pengaduan Dugaan Tindak Pelecehan Seksual

Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Manado Bapak Dr. Aldjon N. Dapa, M.Pd

Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Anthonieta Evia Maria Mangolo

NIM: 22105136

Program Studi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Fakultas: Ilmu Pendidikan dan Psikologi

Nomor Telepon: 0812-4445-8726

Email: eviamangolo@gmail.com

Dengan ini menyatakan bahwa saya mengajukan laporan terkait dengan tindak pelecehan yang dilakukan oleh:

Nama Terlapor: Danny A. Masinambow, SP., M.Pd

Jabatan / Unit Kerja: Dosen


Kronologi Kejadian:

Pada hari Jumat tanggal 12 Desember, sekitar jam satu siang Mner Danny chat ke saya, beliau bertanya kepada saya kalau saya bisa urut ke dia. Saya jawab "Maria tidak tau ba urut Mner". Mner bilang Mner capek sekali. Dalam pikiran saya itu bukan hak saya untuk melayani dia seperti itu.

Sebelumnya ada percakapan di chat yang mana beliau bilang ke saya begini: "Jangan bilang pa Harikedua kalau mo pijit pa Mner". Kebetulan saya bersama teman saya Deisye Harikedua dan Refina Bawole lagi duduk di Food Court kampus. Saya kasih baca chat saya dan Mner Danny ke Deis, mereka berdua bilang ke saya jangan pergi. Tapi Mner Danny sudah mengalihkan pembicaraan menyangkut rekapan nilai yang sebenarnya sudah saya selesaikan itu. Karena saya pikir ada yang akan diubah, saya berpikir untuk pergi ke Mner Danny di depan parkiran mobil kampus.

Sebelum saya pergi tepatnya jam 14:20 saya sudah live location di grup WA saya dan teman saya Refina dan Deisye. Setelah saya sampai di tempat parkiran, beliau menyuruh saya untuk naik ke mobilnya. Saya pun naik dan saya bertanya kepada beliau bahwa saya ke sini mau ngapain, ada yang mau diubah nilainya? Terus beliau hanya bilang Mner capek sekali.

Saya chatting ke teman saya kalau semisal mobilnya jalan kalian pantau terus saya di live location. Kebetulan HP saya baterainya sedikit jadi saya semakin takut. Saya bilang ke teman saya jika HP saya tidak aktif live location kalian ikut saya naik InDrive. Mobil sudah jalan sampai samping Pascasarjana beliau berhenti. Beliau memaksa saya untuk duduk di depan. Saya menolak perintah tersebut, di situ saya mulai ragu dengan Mner. Saya takut diapa-apain sama beliau. Saya bilang ke beliau kalau saya duduk di depan saya mau lewat pintu saja. Di situ saya berpikir kalau beliau mengiyakan membuka pintu pasti saya sudah lari dari situ karena saya sudah takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Beliau memaksa saya pindah ke depan dengan melangkahi saya. Posisi saya pakai rok.

Setelah saya sudah di depan mobilnya jalan lagi sampai depan Prodi Psikologi. Di situ beliau sudah menurunkan sedikit kursinya seperti berbaring. Saya disuruh urut. Saya bilang saya nda tau ba urut. Dikasih contoh oleh Mner begini: "Sapu-sapu saja" (posisi tangannya sudah mengusap-usap belakang saya). Semakin tidak nyamannya saya, tangan beliau tanpa izin dia meletakkannya di paha saya, sambil bicara kalau urut itu enaknya sambil tidur. Terus saya di belakang beliau kembali bertanya: "Tahu ba urut perasaan?" Dengan spontan saya bilang tidak tahu. Beliau menjawab: "Nanti kita ajar katanya urut perasaan itu, urut yang akan salah pegang di area tertentu." Beliau bertanya kembali contohnya kalau beliau sudah salah pegang saya ikhlas atau tidak. Saya bilang tidak Mner, ini sudah lewat batas.

Tapi beliau dengan pikiran kotornya dia hanya menjawab: "Oh yang penting suka nomor." Kata beliau Jumat tanggal 19 dia akan ke sini memberikan ujian kepada guru-guru. Saya pun diajaknya tapi saya tidak mau. Mner bilang ke saya: "Kalau kita sama-sama menghayal kalau so satu kamar kitorang mo bapelo (berpelukan)." Saya bilang: "Mner ini sudah kelewatan." Tapi dengan pikirannya yang biadab beliau hanya berkata: "Nda apa-apa torang manusia semua pasti ada kesalahan, jadi kalau sudah terjadi ya terjadi noh."

Di situ saya semakin jijik dan sudah tidak tahan dikurung di dalam mobil tersebut. Saya bilang saya mau pulang ada teman yang sudah menunggu. Terus beliau menjawab: "Oh iya mantap Mner so keenakan mobil belum jalan." Beliau bertanya bisa mo dicium? Saya bilang tidak Mner, ini sudah lewat batas. Saya sudah takut sambil menangis tapi di saat saya menangis beliau tidak melihat.

Tiba-tiba beliau sudah menarik pipi untuk diciumnya. Posisi tangan kiri saya pakai untuk menutup mulut saya dan tangan kanan saya mendorong Mner biar nda. Saya bilang tidak mau. Mobil sudah jalan ketemu dua satpam, Mner hanya menurunkan kaca mobilnya sedikit dan bertegur sapa dengan kedua bapak tersebut. Mner tersenyum dia bilang mereka kira saya sendiri tapi padahal lagi bersama mahasiswi dari Siau. Jam 15:03 saya sampai di Prodi PGSD. Di situ saya semakin benci sama Mner karena dengan perlakuannya tidak mencerminkan dia adalah dosen. Pada saat itu beliau berkata bahwa dia adalah dosen yang paling bahagia.

Pada tanggal 16 Desember beliau chat saya tapi saya tidak meresponnya. Bukti chat pada tanggal 12 itu sudah terhapus karena chatnya pakai batas waktu dan sudah tidak sempat saya simpan dan ada yang sudah saya screenshot chat tanggal 16. Saya tidak dapat merekam waktu di mobil karena HP saya baterainya sedikit. Saya takut kalau mati dan posisi HP saya jatuh.

Tujuan Pengaduan:

Melalui surat ini, saya memohon agar pihak pimpinan dapat menangani masalah ini. Kalau bisa kasih sanksi kepada Mner Danny, jangan dibiarkan orang seperti itu. Kejadian tersebut masih dalam lingkup kampus FIPPS. Dampak yang saya dapat adalah trauma dan ketakutan. Saya takut bila bertemu Mner Danny. Saya malu jika ada mahasiswa yang melihat saya turun atau naik di mobilnya, akan jadi pembicaraan. Saya tertekan dengan masalah tersebut.

Atas perhatian dan tindak lanjut Bapak, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(Tanda Tangan)

Anthonieta Evia Maria Mangolo NIM. 22105136

Posting Komentar